Garis

Mengenal Sosok Marsinah




Mengenal Sosok Marsinah, "Dibunuh Karena Melawan"

Selamat datang di indonesia, negara seribu cerita, seribu pahlawan, dan seribu kisah hidup pahlawan yang berakhir tragis.

Perkenalkan,
Dia merupakan wanita kelahiran Nganjuk tanggal 19 April 1969, namanya Marsinah. Dia adalah pahlawan legendaris indonesia yang peduli dengan nasib para buruh di Indonesia.

Ia merupakan salah satu aktivis buruh yang menjadi salah satu korban pembunuhan di era Orde Baru.

Mayatnya ditemukan di hutan Dusun Jegong, Desa Wilangan Nganjuk pada 8 Mei 1993. Dia di temukan tewas di tempat lahirnya sendiri. Marsinah meninggal setelah diculik oleh sekelompok orang yang benci akan keadilan.

Marsinah adalah seorang buruh wanita yang bekerja pada PT Catur Putra Surya (CPS) di Sidoarjo, Jawa Timur.

Wanita yang sangat energik dan antusias dengan keadilan ini adalah sosok buruh yang tidak kenal lelah untuk mengubah nasib hidupnya walaupun dilahirkan dari keluarga tak mampu.

Sikap keberaniannya tumbuh sejak kecil karena sudah terbiasa hidup di lingkungan masyarakat yang serba tidak mampu.

Hal paling menarik dari seorang Marsinah adalah hobinya yang gemar membaca buku, dia termasuk siswi yang cerdas sehingga tidak jarang ia mendapat juara di sekolahnya. Namun dengan bekal juara dan hobi membaca saja tidak cukup untuk melanjutkan pendidikan di bangku kuliah. Sebab ia memiliki keterbatasan biaya saat itu, ia hanya mampu menyelesaikan sekolah di tingkat SLTA.
Namun hal tersebut justru membuatnya pantang menyerah dan ia tetap melanjutkan pendidikannya secara nlnformal dengan mengikuti kursus bahasa Inggris dan Komputer.

Hal istimewa lainnya dari seorang Marsinah adalah ia juga aktivis dalam organisasi buruh SPSI unit kerja PT CPS, yang jarang sekali ditemui oleh seorang buruh wanita pabrik.

Prioritas Membela Rekan Kerja

Walaupun belum lama aktif dibperusahaan yang ditempatinya, tetapi ia selalu siap menjalani segala kondisi, termasuk membela rekan kerjanya sesama buruh wanita yang tidak diberlakukan secara adil oleh pihak pimpinan perusahaan.

Dia adalah pemimpin Demo 4 Mei 1993 atas tuntutan kenaikan upah dari Rp.1.700 menjadi Rp.2.250.
Dia juga pembela rekan kerjanya ketika ada yang dikeluarkan dari perusahaan.

Akhir perjuangan marsinah adalah pada 5 Mei 1993, ia diculik oleh 5 orang "algojo" PT CPS.

Menurut kelima algojo itu, Marsinah memang pantas untuk mendapat siksaan, sebab karena ulahnya, perusahaan banyak mendapatkan kerugian besar.
Diperkirakan, pada malam itulah Marsinah tewas.

Setelah beberapa hari menghilang, akhirnya pada tanggal 9 Mei Marsinah ditemukan tewas secara mengenaskan disebuah gubuk di daerah Nganjuk, kurang lebih 200 km dari tempat bekerjanya.

Para aktivis yang tidak terima dengan kematian Marsinah menuntut pihak aparat keamanan agar para pelaku segera ditangkap dan diadili.

Marsinah

Marsinah merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, Kakaknya bernama Marsini dan adiknya Wijiati. Ia lahir dari pasangan Astin dan Sumini. Ibunya meninggal saat usianya tiga tahun, kemudian ayahnya menikah lagi dengan Sarini. Sejak saat itu pula Marsinah diasuh oleh neneknya.


Tidak ada yang istimewa dari masa kecil Marsinah.

Seperti kebanyakan anak pedesaan di Indonesia kala itu, Marsinah sudah bekerja sejak kecil. Sehingga ia terlihat lebih dewasa dan memiliki sifat yang penuh tanggung jawab dari anak sebayanya.

Setelah ia pulang dari sekolah, Marsinah membantu neneknya berdagang jagung dan gabah. Dia termasuk anak yang memiliki sikap kritis, jika ada penuturan dari gurunya yang kurang jelas, ia tidak ragu untuk meminta penjelasan.

Cita - citanya mulai terbentuk saat ia duduk di bangku SMP. SMP Negeri V Nganjuk namanya. Tempat ia melanjutkan pendidikan setelah lulus dari sekolah dasar. Setelah ia lulus SMP ia melanjutkan mendidikannya di SMA Muhammadiyah dengan dibantu oleh pamannya.

Lagi - lagi soal biaya, ia tak mampu melanjutkan ke Fakultas hukum karena tak mampu membiayainya.

Tidak ada pilihan lain kecuali mencari pekerjaan untuk melanjutkan kehidupannya.

Ia diterima di pabrik plastik SKW setelah berkali - kali melamar pekerjaan di berbagai perusahaan. Agar ia mendapatkan uang lebih, ia juga berjualan nasi bungkus di sekitar tempatnya bekerja seharhga Rp.150.

Sebelum akhirnya, tahun 1990 dia bekerja di PT Catur Putra Surya, Rungkut, ia juga sempat bekerja di sebuah perusahaan pengemasan barang.

Urbanisasi, berdagang sembari bekerja untuk mendapatkan penghasilan tambahan, dan berpindah kerja dari satu pabrik ke pabrik yang lainnya, merupakan kisah klasik seorang buruh perempuan di Jawa sejak awal tahun 1980-an.

0 Response to "Mengenal Sosok Marsinah"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel